Minggu, 22 September 2013

Asmaul husana


Umat islam sebagai umat beragama harus mengetahui setiap masalah yang berhubungan dengan agamanya, termasuk yang berhubungan dengan Tuhan mereka yaitu Allah SWT. Seorang muslim yang tidak mengenal Tuhannya, bisa dipastikan bahwa agama mereka kurang dan tidak sempurna.

Sangat ironi apabila ada seorang muslim tidak bisa mengenal Tuhannya, apalagi Allah SWT telah membuka dua jalan untuk bisa mengenal-NYA, yaitu al-qur’an dan hadist. Kalau ada seorang muslim yang tidak mengenal Tuhan, bagaimana keadaan dirinya ketika dia puasa, zakat dan terutama ketika dia sholat ?, apa mereka melakukan semua aktifitas itu karna kebiasaan saja.

Allah SWT telah menurunkan al-Qur’an kepada hambanya sebagai buku pedoman untuk menyempurnakan agamanya. Didalam buku pedoman tersebut Allah SWT menjelaskan berbagai macam hal secara komplit termasuk penjelaskan siapa sebenarnya Allah SWT dan bagaimana seharusnya seorang muslim harus bersikap kepada Tuhannya. 


A. Dzat Allah SWT.

Didalam kehidupan beragama, terutama agama islam, sangat ironis kalau kita tidak mengetahui Dzat Allah SWT yang esensinya adalah Tuhan orang islam. Memang ada banyak hadist dan ucapan para ulama’ yang melarang untuk membahas Dzat Allah apalagi memikirkan bagaimana bentuk Dzat Allah SWT. Tapi kalau membahas Dzat Allah SWT dari media yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT apa ketentuan itu masih berlaku ?, tentu tidak. Bagaimana bisa dikatakan hal itu dilarang, sedang Allah SWT sudah memfalisitasinya dengan menyebutkan hal-hal yang boleh diketahui oleh makhluknya.

A.1. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Dzat Allah SWT.
Banyak ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang Dzat Allah SWT, diantaranya adalah :

1. Surat Al-Ikhlas ayat 1 s/d 4 :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Artinya :
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. 
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

2. Surat Al-Baqarah Ayat 255 :

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ .


Artinya : ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (Al-Baqarah 255).

3. Surat Al-Baqarah ayat 163.

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah 163).

A.2. Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Dzat Allah SWT.

1. Surat Al-Ikhlas Ayat 1 s/d 4.

Surat ini turun karna ada pertanyaan kaum musyrikin kepada nabi mengenai Tuhannya, mereka bertanya kepada nabi “kalau Allah adalah yang menciptakan sesuatu, lantas siapa yang menciptakan Allah ?”, lalu turunlah Surat Al-Ikhlas dari ayat pertama sampai akhir.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد

Kata “ahad” didalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai dzat tunggal yang tidak mempunyai persamaan baik dalam bentuk jasmani, kromosom atau sifat. Jadi ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat tunggal yang tidak mempunyai persamaan. Kata “ahad” hanya diucapkan kepada Allah SWT semata, karna hanya DIA lah Dzat yang maha sempurna didalam semua sifat dan pekerjaan-NYA .


اللَّهُ الصَّمَد

Didalam penafsiran kata “as-Shomat”, para ulamat berbeda pendapat. Menurut Ikrimah dari Ibnu Abbas, kata “as-Shomat” berarti Dzat yang mana semua makhluk tergatung kepada-Nya didalam segala kebutuhan dan masalah-masalah mereka. 

Menurut Ar-Robi’ Bin Anas, kata “as-Shomat” berarti Dzat yang tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan. Menurut beliau, surat setelahnya merupakan tafsiran dari kata “as-shamat” tersebut. Pendapat ini diperkuat oleh hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ubay Bin Ka’ab yang senada dengan pendapatnya Ar-Robi’. 

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Ayat diatas mempunya arti Tidak ada sesuatu apapun yang dilahirkan oleh Nya dan Dia tidak dilahirkan dari sesuatu apapun, karna tidak ada sesuatu apapun yang menyamai dengan Allah baik didalam jasad, kromosom, sifat atau yang lain. Menurut imam Qotadah, karna orang musyrik arab berkata bahwa malaikat adalah putri Allah, orang yahudi berkata uzair adalah putra Allah dan orang nasrani berkata bahwa isa adalah putra Allah, maka Allah menurunkan ayat diatas sebagai bantahan dari perkataan mereka. 

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Para penakwil al-qur’an berbeda-beda dalam menyikapi surat diatas, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa arti dari ayat diatas adalah bahwa Allah tidak ada yang menyamai didalam semua hal, baik jazad, jiwa, kromosom, sifat atau yang lain seperti kekuatan dan kemampuan. Hal ini senada dengan pendapat yang diriwayatkan oleh said dari qotadah dari umar bin ghoilan.

Pendapat lain mengatakan bahwa ayat diatas berarti bahwa Allah SWT tidak mempunya teman perempuan (istri). 

Tapi aslinya kedua pendapat ini tidak bertentang, karna eksistensi dari kedua pendapat itu berujung pada satu pendapat bahwa Allah SWT tidak ada yang menyamai dengan apapun.

2. Al-Baqarah Ayat 255.

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ .

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang patut disembah, yang mempunyai kesemuanya kesempurnaan.

Kata “ هو الاالله لا إله “ menunjukkan bahwa tidak ada yang disembah dengan sebenar-benarnya kecuali hanya Dia Tuhan Langit dan Bumi.

Kata “الْحَيُّ” mempunya arti bahwa Dzat Allah SWT selalu kekal abadi tidak pernah rusak atau fanak, hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluk-Nya yang bisa rusak atau fanak.

Kata “الْقَيُّومُ” menunjukkan bahwa Allah SWT tidak butuh pada pembantu didalam mengurusi segala urusan-Nya. Kata “الْقَيُّومُ” ditafsirkan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang mampu independen didalam mengurusi segala urusan makhluknya tampa bantuan dari pihak lain. 

Kata “لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ” mempunya arti Dzat yang tidak pernah mengantuk atau tidur. Kata ini memperkuat kata sebelumnya berupa “الْحَيُّ الْقَيُّومُ”. Tentu tidak mungkin ada Dzat yang kekal abadi dan maha kuasa bisa mengantuk atau tidur, maka kata “لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ” adalah untuk memperkuat bahwa Dzat yang kekal abadi dan maha kuasa tidak pernah mengantuk atau tidur. 

Kata “لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ” mempunya arti bahwa setiap sesuatu yang ada dilangit dan dibumi adalah masuk didalam kepemilikan Allah SWT. Kata ini juga menjukkan bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, karna setiap sesuatu yang ada dibumi dan dilangit seperti Berhala, patung, matahari atau bulan adalah milik Allah, dan tidak pantas suatu yang dimiliki bisa mengalahkan pemiliknya. 

Kata “مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ” menunjukkan keesaan Allah SWT bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menyamai keesaan-Nya hingga mampu memberi pertolongan kepada orang lain tampa izin dari Allah SWT. 

Kata “ أَيْدِيهِمْ – خَلْفَهُمْ ” ditafsirkan dengan sesuatu yang ada dibumi dan sesuatu yang ada diakhirat. Jadi kalimat itu mempunyai arti bahwa Allah SWT adalah Dzat mengetahui sesuatu yang ada didunia dan sesuatu yang ada diakhirat. Maka pengetahuan Allah SWT tidak terbatas oleh waktu dan tempat. 

Kalimat “وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ” mengindikasikan bahwa selain Allah SWT tidak mempunyai ilmu kecuali apa-apa yang telah diajarkan oleh Allah padanya. Selain itu, Kalimat “وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ” juga mempunyai pengertian bahwa selain Allah SWT tidak memiliki pengetahuan yang sebanding dengan pengetahuan Allah SWT. 

Kata “كُرْسِيُّهُ” didalam kalimat “وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ” para ulama’ tafsir berbeda pendapat, ada yang mengakan bahwa kata itu mempunyai arti ilmu, kekuasaan dan arsy. Jadi arti dari kalimat itu adalah bahwa kursi Allah (bisa dibaca ilmu Allah, kekuasaan Allah atau arsy Allah) meliputi langit dan bumi dan Allah tidak berat memelihara kedua.

B. Tauhid Dan Tanzih Bagi Allah SWT.

Ketika kita membahas esensi dari Dzat Allah SWT, tentu hal itu tidak lepas dari Tauhid (mengesakan) dan Tanzih (mensucikan) Dzat Allah SWT. Karna kedua hal itu merupakan bentuk kelanjuntan dari pembahasan tentang Dzat Allah SWT. Bagaimana kita bisa membahas Dzat Allah SWT, sedang kita tidak bertauhid dan bertanzih kepada Allah SWT.

Bertauhid artinya mengesakan/mengakui keesaan Allah , jadi orang yang bertauhid adalah orang yang mengesakan keesaan Allah serta menyakini bahwa Allah SWT adalah Dzat yang satu dan tidak ada Dzat yang patut disembah kecuali Dia. Sedang Tanzih adalah penjauhan atau penghindaran Allah dari hal-hal yg menyerupai makhluk dan memiliki sifat manusia; penyucian Tuhan dari keserupaan dengan makhluk dan sifat manusia .

B.1. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Tauhid Dan Tanzih Bagi Allah SWT.

Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang Taudid dan Tanzih bagi Allah SWT, diantaranya adalah :

1. Surat An-Nisa’ Ayat 171 :

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا .

Artinya : “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara” . (An-Nisa’ 171).

2. Surat An-Nahl : 36 :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Artinya : “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (An-Nahl :36).


B.2. Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menjelaskan Tauhid Dan Tanzih Bagi Allah SWT. 

1. Surat An-Nisa’ Ayat 171 :

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا .

Kalimat لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ditafsirkan dengan larangan untuk melaupaui batas didalam agama ahlu kitab dan dilarangan untuk mengatakan sesuatu tentang Allah kecuali sesuatu yang benar saja. Kata الْحَقَّ ditafsirkan dengan kebenaran yang berupa menyucikan Allah SWT dari teman dan anak , karna Ahlu kitab mengatakan bahwa nabi isa adalah putra Allah SWT dan merupakan tuhan ketiga selain tuhan ayah dan ibu. Keterangan ini bisa dilihat dari lanjutan ayah setelahnya.

Kalimat إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْه memperkuat kalimat sebelumnya bahwa nabi Isa AS bukan anak Allah dan bukan tuhan ketiga, nabi Isa AS hanyalah putra dari Maryam yang menjadi salah satu rosulnya Allah . 

Kalimat فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا merupakan implementasi dari penjelasan Allah SWT tentang perihal nabi Isa AS. Setalah Allah menjelaskan bahwa nabi Isa bukan tuhan melainkan rosul-Nya, maka Allah memerintahkan untuk iman kepada Allah dan rosulnya serta melarang untuk mengatakan bahwa tuhan itu ada tiga, yaitu tuhan ayah, ibu dan anak . Hal itu merupakan lebih baik bagi mereka. Kata خَيْرًا didalam kalimat tersebut tafsirkan dengan bertauhid (menyucikan Allah) . Kalimat ini juga mengandung perintah untuk bertauhid dan membenarkan kewahdaniyatan dan ketuhanan Allah, serta menunjukkan bahwa Allah tidak memiliki anak , hal ini dijelaskan dengan lanjutan kalimat selanjutnya.

Kalimat إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا mengandung dua unsur sekaligus, yaitu tauhid dan tanzih. Tauhid yaitu mengesakan Allah SWT dengan memaparkan bahwa Allah SWT adalah Dzat esa yang merupakan satu-satunya dzat yang pantas disembah. Tanzih dengan menyucikan Allah dari anak dan dari tuhan-tuhan selain Allah.

2. Surat An-Nahl : 36

. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ 

Titik poin didalam ayat ini yang menjelaskan Tauhid dan Tanzih terletak didalam kalimat yang berbunyi “أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ” yang artinya : untuk menyembah Allah serta menjauhi taghut . Menyembah Allah adalah bertauhid (mengesakan) Allah dan Menjauhi taqhut merupakan Tanzih (menyucikan) Allah dari segala yang menyamainya.

B.3. Konsep tuhan menurut ahli kitab. 
1. Orang Nasrani berpendapat bahwa tuhan ada tiga, yaitu tuhan ayah, ibu dan anak. Yang dimaksud tuhan ayah menurut mereka adalah Allah SWT, tuhan ibu adalah siti maryam dan tuhan anak adalah nibi Isa AS. Penjelasan ketuhanan orang nasrani (kristen) dijelaskan secara implisit didialam surat An-Nisa’ ayat 171 diatas yang berbunyi : 

وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ

Artinya : dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga"…
Dari ayat diatas bisa diambil kesimpulan bahwa orang nasrani mengatakan bahwa tuhan itu ada tiga. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka menyamakan Allah SWT dengan selainnya, karna setiap sesuatu yang lahir dari sesuatu yang lain, maka sesuatu itu tidak akan jauh dari induknya baik didalam sifat atau yang lain.

2. Orang yahudi menyembah Allah SWT, tetapi mereka mengatakan bahwa nabi uzair adalah putra Allah SWT. Banyak ayat yang menjelaskan tentang pendapat yahudi ini, diantaranya adalah :

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ

Artinya :” Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." (at-Taubah : 30).
وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُون
Artinya: “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikanَ". (Al-An'am 100).

Diceritakan dari Muhammad bin Husain dari Ahmad bin Fadhal dari Asbat dari as-Suddi, bahwa kalimat وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ ada karna orang arab berkata bahwa para malaikat adalah putri Allah dan orang nasrani dan yahudi mengatakan bahwa nabi Isa dan nabi Uzair adalah putra Allah. 

Dan penjelasan ini juga bisa ditemukan didalam ayat :
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا
Artinya : “Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati” (al-Imran : 186).

Senada dengan ayat sebelumnya, bahwa orang nasrani dan yahudi akan mengatakan sesuatu yang akan menyakitkan hati orang muslim. Diantaranya adalah perkataan orang yahudi bahwa nabi uzair adalah putra Allah SWT. 

Dari ayat-ayat diatas bisa diambil kesimpulan bahwa orang Yahudi dan Nasrani menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak dan ada tuhan lain selain Allah SWT.

B.4. Bantahan Terhadap Yahudi dan Nasrani.

Banyak sekali ayat yang membantah kekeliruan orang yahudi dan nasrani tersebut, diantaranya adalah :

1. An-Nisa’ ayat 171 :

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ

Artinya : “Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah”.
2. Al-Ikhlas 1 s/d 4 :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Artinya : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

3. At-Taubah : 31.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Artinya : “padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Dua ayat diatas menjawab persepsi orang-orang yahudi dan nasrani bahwa nabi Isa AS dan nabi Uzair adalah putra dari Allah SWT. Didalam kedua ayat tersebut dipaparkan secara gamblang bahwa Allah SWT adalah tuhan yang maha esa yang tidak mempunya anak, istri atau yang menyamainya.

Sedang ayat yang terakhir menunjukkan bahwa orang yahudi dan nasrani telah melanggar apa yang telah diperintahkan kepada mereka untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dengan menyekutukan-Nya dengan yang selain-Nya. 

C. Sifat-Sifat Allah.

Sifat-Sifat Allah SWT yang wajib diketahui oleh makhluknya ada 21 sifat, 20 berupa sifat wajib ada bagi Allah dan yang satu adalah sifat jazih (boleh) bagi Allah. Tidak semua 21 sifat yang wajib diketahui dapat ditemukan didalam al-Qur’an, karna sejatinya sifat-sifat itu dihasilkan menurut ijtihad para ulama’.
Sekalipun 21 sifat itu dihasilkan dengan ijtihad para ulama’, mengetahui 21 sifat tersebut tetap hukumnya wajib dengan alasan untuk membangun sifat bertauhid didalam diri ummat islam.

C.1 Sifat-Sifat Allah Didalam Al-Qur’an.

Banyak ayat-ayat al-qur’an yang mengandung sifat-sifat Allah, sifat-sifat tersebut ada yang dijelaskan secara tekstual dan ada pula yang secara implisit saja. Diantara ayat-ayat tersebut adalah :

1. Qidam Dan Baqa’ (Terdahulu Dan Kekal).

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 

Artinya: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(Al-Hadid:03).

Ayat diatas secara tekstual telah menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang awal dan yang akhir, Dzat yang awal artinya tidak ada permulaannya (Qidam) dan dzat yang akhir artinya tidak ada akhirnya (Baqo’).

2. Wahdaniyah Dan Mukholafatul Lil Hawadis (Satu Dalam Dzat, Sifat Dan Pekerjaan Dan Berbeda Dengan Makhluk).

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَد

Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”. (Al-Ikhlas:1).
Kata أَحَد diartikan bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa. Esa ditafsirkan sebagai dzat tunggal yang tidak mempunyai persamaan baik dalam bentuk jasmani, kromosom, sifat dan juga perkerjaan . Berdasarkan penjelasan diatas, ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki sifat Wahdaniyah (Satu dalam Dzat, sifat da pekerjaan) dan Mukholafatul Lil Hawadis (Berbeda Dengan Makhluk).

3. Qudrat Dan Fiklu Kulli Mumkinin Au Tarkuhu (Mampu Dan Mengerjakan Atau Meninggal Setiap Sesuatu Yang Mungkin Ada Dan Mungkin Tidak Ada).

وكان الله على كل شيء مقتدرا 

Artinya:“Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45).
Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Allah SWT bersifat Maha Kuasa (qudrat). Selain menunjukkan bahwa Allah bersifat qudrat, ayat ini –dengan implisit- juga menunjukkan bahwa Allah SWT berhak melakukan sesuatu atau meninggalkannya, karna apabila Allah tidak mempunyai sifat itu, bagaimana Allah bisa dikatan kuasa.

4. Iradah (Berkehendak).

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ

Artinya:” Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait” (Al-Ahzab:33).

Didalam ayat tersebut dipaparkan secara jelas bahwa Allah SWT memiliki sifat iradah (berkehendak) atas setiap sesuatu yang diinginkan-Nya.

5. Ilmu (Mengetahui).

إنه عليم بذات الصدور

Artinya:” Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (Fatir:38).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT mempunyai sifat maha Mengetahui segala sesuatu. Secara tekstual ayat ini menunjukkan arti bahwa Allah mengetahui segala isi hati, tapi secara implisit ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dengan alasan bahwa isi hati adalah paling samarnya setiap sesuatu, kalau paling samarnya sesuatu bisa diketahui apalagi yang lain. 

6. Sama’ Dan Basor (Mendengar dan Melihat).

إن الله كان سميعا بصيرا

Artinya:” Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(An-Nisa’:58).
Ayat ini menunjukkan dua sifat Allah sekaligus, satu adalah sifat Maha Mendengar (sami’) dan yang satu lagi adalah sifat Maha Melihat (basir).

7. Kalam (Berfirman).

وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا

Artinya:” Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (An-Nisa’:164).
Ayat ini meceritakan bahwa Allah SWT telah berbicara dengan nabi Musa As, dimana Allah berbicara dengan nabi Musa secara langsung disebuah bukit yang bernama bukit Tursina. Ayat ini , secara implisit menunjukkan bahwa Allah SWT bersifat Mutakkalim (Dzat Yang Maha Berfirman, tidak bisu).

Mengenai sifat Allah yang lain bisa dipahami dari adanya sifat-sifat yang sudah disebutkan diatas. Perinciannya sebagai berikut :

1. Wujud (ada), Sifat ini bisa dipahami dari semua sifat yang lain seperti iradah (berkehendak). Allah SWT bisa bersifat iradah karna Allah itu ada, kalau Allah tidak ada mana mungkin Dia bisa bersifatan dengan sifat qudrat.

2. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Pada Dzat-Nya Sendiri). Sifat ini bisa ketahui dari sifat qudrat (berkuasa). Bagaimana mungkin Allah tidak bersifatan dengan sifat Qiyamuhu Binafsihi kalau Allah tidak berkuasa, tiada dzat yang berkuasa kalau masih butuh yang lain.

3. Hayat (Hidup). Sifat ini melekat pada semua sifat yang lain. Karna Allah SWT tidak mungkin bersifatan dengan semua sifat yang ada kecuali Dia adalah Dzat yang hidup.

4. Sifat Ma’ani (qadiran, muridan, aliman, hayyan, sami’an, basiran dan mutakalliman). Sifat-sifat ini bisa diketahui dengan adanya 7 sifat sebelumnya, karna antara sifat yang 7 awal dan yang 7 akhir artinya sama.


Penutup
Kesimpulan.

Berdasarkan uraian pembahasan “Mengenal Allah Dengan Al-qur’an” dapat disimpulka bahwa :

Allah SWT adalah Dzat yang maha sempurna yang berkuasa atas segala sesuatu tampa adanya intervensi dari selain-Nya Serta tidak ada yang menyamainya.
Kekeliruan pendapat orang yahudi yang mengatakan bahwa nabi uzair adalah putra Allah.
Kekeliruan pendapat orang nasrani yang berpendapat adanya trinitas, yaitu tuhan ayah, ibu dan anak.
Wajibnya bertauhid dan bertanzih didalam kehidupan beragama.

0 komentar:

Posting Komentar