Kamis, 07 Maret 2013

Roda Kehidupan.


                       
"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi
jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan
menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan
sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya
petik dari kisah ini?"

"Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam
garam kehidupan. Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasih
baik, sesekali perlu kita sadari bahwa satu ketika kita akan
mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian
kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang
Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa
depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita
harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras."

"Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya
sedang jatuh dan berada dibawah."

"Alasannya ialah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang
Maha Pencipta."

"Hikmah selanjutnya?"

"Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan,
orang yang diatas harus siap mental untuk turun kebawah.
Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin."

0 komentar:

Posting Komentar