Jumat, 25 Mei 2012

MANAJEMEN MUTU TERPADU DI MADRASAH


MANAJEMEN MUTU TERPADU DI MADRASAH
A.  Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institutsi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang (Edward Sallis, 2006:73). MMT menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995) ialah suatu pendekatan dalam uasaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan.
TQM atau MMT merupakan suatu filosofi peningkatan kualitas secara berkelanjutan dan dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan sekarang dan masa mendatang dalam bidang pendidikan. Dengan demikian Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ialah budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus-menerus, fokus pada pelanggan sekolah demi kepuasan jangka panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Unsure-unsur dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan tersebut yaitu:
1.    Perbaikan Terus-menerus
MMT akan menjadikan suatu gagasan sebagai sebuah filosofi bahwa perubahan terus-menerus hanya dapat dicapai oleh dan melalui orang. Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan.  Perbaikan terus-menerus oleh orang Jepang disebut kaizen. Kaizen diterjemahkan sebagai perbaikan sedikit demi sedikit, tetapi terus-menerus. Esensi kaizen adalah memperbaiki yang kecil-kecil dan yang mudah-mudah dahulu, untuk mendapatkan keberhasilan. Dengan keberhasilan timbul rasa percaya diri untuk memperbaiki yang besar-besar.
2.    Fokus Pada Pelanggan
Misi utama TQM atau MMT adalah memenuhi kepuasan pelanggan. Menurut Petern & Waterman (1982) semua organisasi yang ingin mempertahankan keberadaannya harus berobsesi pada mutu. Mutu harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Pelanggan adalah raja yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.
B.  Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu
Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu organisasi, yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu. Menurut Hensler dan Brunell (dalam Sceuning dan Christopher,1993) ada empat prinsip utama dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP), yaitu:
1.    Kepuasan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)
b.    Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah)
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa. begitu pula pada pelanggan eksternal misalnya orang tua siswa, masyarakat dll.
2.    Respek Terhadap Setiap Orang
Orang yang ada di organisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang sebagai asset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
3.    Manajemen Berdasarkan Fakta
Setiap keputusan berdasarkan fakta, bukan pada perasaan (feeling). Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini, yaitu:
a.    Prioritasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada.
b.    Variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistic dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.
4.    Perbaikan Terus-menerus
Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.
C.  Komponen-Komponen MMT
Komponen-komponen MMT mempunyai unsure utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut:
1.    Fokus Pada Kepuasan Pelanggan
Dalam MMT, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driven. Pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan.
2.    Obsesi Terhadap Mutu
Dalam organisasi yang menerapkan MMT, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaan.
3.    Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan, dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
4.    Komitmen Jangka Panjang
MMT merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula.
5.    Kerja Sama Tim
Organisasi MMT menerapkan kerja sama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik antar warga sekolah maupun luar sekolah.
6.    Perbaikan Secara Terus Menerus
Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
7.    Pendidikan dan Pelatihan.
Dalam menerapkan MMT di sekolah, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staff tata usaha akan meningkat keterampilan teknisnya.
8.    Kebebasan Yang Terkendali
Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staff tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan hasil pengendalian yang terencana.
9.    Kesatuan Tujuan
Agar MMT dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas.
10.    Adanya keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staff Tata Usaha.
Keterlibatan guru dan staff tata usaha merupakan hal yang penting dalam menerapkan MMT.
D.  Elemen Pendukung TQM,
1.     Kepemimpinan, Seorang manajer bimbingan belajar harus mampu memimpin anak buahnya untuk mencapai tujuan lembaga tersebut. Ketika TQM digunakan sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer adalah sebagai penasehat, pembimbing dan pemimpin tidak boleh terabaikan.
2.     Pendidikan dan Pelatihan, Elemen pendidikan dan pelatihan bagi semua sumber daya manusia yang ada seharusnya dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan peningkatan kualitas pendidikan di Bimbingan Belajar. Hal utama untuk mendukung pendidikan dan pelatiha ini antara lain: program, materi dan sumber daya yang memadai.
3.     Struktur Pendukung, Struktur pendukung bisa berasal dari internal dan eksternal bimbingan belajar. Dukungan yang cukup/baik dapat membantu jaringan kerja dengan manajer kulaitas lain pada bagian lain di lembaga bimbingan belajar.
4.     Komunikasi, Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mengimplementasikan program kualitas. Semua pegawai harus menerima informasi kualitas yang jelas agar mereka sungguh-sungguh melaksanakan program peningkatan kualitas
5.     Penghargaan, Penghargaan perlu diberikan kepada tim maupun individu yang sukses dalam mengaplikasikan proses peningkatan kualitas. Hal ini dapat memacu mereka untuk lebih terdorong lagi mencapai kesuksesan, dan ini sangat berarti bagi organisasi atau lembaga bimbingan belajar
6.     Pengukuran, Keberhasilan program perlu diukur. Ukuran yang digunakan tidak lain adalah kepuasan pelanggan di luar lembaga
7.     Pendidikan dan Pelanggannya
Pelanggan adalah mereka-mereka yang membayar untuk pendidikan. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan primer (mereka yang langsung menerima jasa pendidikan) dan pelanggan sekunder (mereka yang mendukung/menunjang pendidikan).














ANALISIS

Menurut kami dalam membentuk Manajemen Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan disekolah tidak harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau kepala sekolah saja tapi perlu dukungan dari keluarga, masyarakat dan lingkungan. Dan untuk meningkatkan menejemen tersebut tidak harus dilakukan secara terus-menerus tetapi dengan bertahap-tahap untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan seseorang dimasa sekarang dan masa mendatang dalam bidang pendidikan. 
Dengan adanya suatu bentuk menejemen akan mempermudah seseorang untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan dalam bidang pendidikan maupun dalam sebuah pekerjaan .















DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini. Manajemen(Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Educational Series.1993.
Supriyanto, Achmad. 1999. Total Quality Management (TQM) di Bidang Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Nasution.M.N. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia,2004.




0 komentar:

Posting Komentar