Disintegrasi
dalam bidang politik sebenarnya sudah di mulai di akhir zaman bani Umayah. Akan
tetapi berbicara tentang politik islam dalam lintasan sejarah, akan terlihahat
perbedaan anatara Pemerintahan BaniUmayah dengan Pemerintahan Bani Abas. Wilayahkekuasaan
Bani Umayah, mulai dari awal berdirinya samoai masa keruntuhannya, sejajar dengan
batas-batas kekuasaan islam. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah di akui di
Spanyol dan afrika utara kecuali mesir yang bersifat sebentar-bentar dan
kebanyakan bersifat nominal, yang hubungannya dengan khalifah ditandai dengan
pembayaran upeti.
Ada
kemungkinan para kholifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal
dari propinsi-propinsi tertentu, dengan pebayaran upeti-upeti itu. Alasannya,
pertama mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk
kepadanya,
kedua, penguasa Bani Abas lebih menitik beratkan pembinaan peradapan dan
kebudayaan daripada politik dan enspansi.
Akibat
dari kebijakan yang lebih menekankan pembinaan peradapan dan kebudayan islam
dari persoalan politik, propinsi-propinsi tertentu dipinggiran mulai lepas dari
genggaman penguasa Bani Abas. Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan
Bani Abas mulai terlihat sejak abad Sembilan. Kekuatan militer Abasiyah waktu
itu mulai mengalami kemunduran, sebagai gantinya para penguasa Abasiyah perkerjakan
orang-orang progesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan
sistempembudakan. Pengangkatan anggota militer turki ini, dalam perkembangan
selanjutnya ternyata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi
pada periode pertama pemerintahan Abasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa
gerakan syu’ ubyah (kebangsaan anti arab).
Faktor
factor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abas pada peride ini, sehingga
banyak daerah yang memerdekakan diri, adalah;
1.
Wilayah kekuasaan daulat Abasiyah sementara
komunikasi pusat antara daerah sulit dialakukan. Sementara itu, tinkat percaya
di kalangan penguasa dan pelaksana sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisme angkatan
bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan mereka sangat sulit karena
biaya yang di keluarkan untuk tentara bayaran sangat besar.
B.
PEREBUTAN KEKUASAAN DI PUSAT PEMERINTAHAN
Faktor
lain yang yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan
kekuasaan di pusat pemerintahan. Pada masa Pemerintahan Bani Abbas, perebutan
kekuasaan terjadi diawal berdirinya, akan tetapi di masa-masa berikutnya,
seperti pada periode dua dan seterusny, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak
ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dartngan BaniAbas. Yang ada hanya
usaha merebut kekuasaan dengan membiarkan jabatan khalifah tetap di pegang Bani
Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah di anggap sebagai jabatan keamanan
yang sacral dan tidak bisa di ganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat
didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk
dinasti-dinasti kecil yang merdeka.Tentara turki berhasil merebut kekuasaan
tersebut. Ditangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat
apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan
keinginan politik mereka.
Setelah
kekuasaan berada di tangan orang-orang turki pada periode kedua (334 H/945 –
447 H/ 1055 M). daulat Abbasiyah berda di bawah kekuasaan Bani Buwaih.
Kehadiran Bani Buwaih berawal dari tiga tiga orang putra abu Suja’ Buwaih. Pada
masa pemerintahan bani buwaih, para khalifah abbasiyah bennar-benar tinggal
namanya saja karena pemerinntahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani
Buwaih.
Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa sebelumnya, terutama karena Bani
Buwaih aadalah penganut aliran Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah sunni.
Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompok
ahlal-sunah dan Bani Syi’ah, pemberontakan tentara dan sebagainya.
Kekuasaan
politik Bani Buwaih tidak lama bertahan setelah generasi pertama,tiga
bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak
mereka. Masing-masing merasa berhak atas kekiuasaaan pusat. Perebutan kekuasaan
dikalangan keturunan Bani Buwaih merupakan salah satu factor internal yang
membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Faktor internal lainnya
adalh pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan yang bersal dari dalam
dengan keturunan turki.
Sejalan
dengan melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari
luar yang membawa kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Faktor-faktor
eksternal diantaranya adalah semakin gencarnya serangan-serangan bizaintum ke
dunia islam dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri
dari kekuasaan di bagdad. Dinasti-dinasti itu antara lain dinasti Fatimiyah yang
memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di mesir,
Ikhsyidiyah di mesir dan syiria, Hamdan di Aleppo dann lembah furat, Ghazna
dekat Kabul dan dinasti Seljuk yang merebut
kekuasaan dari tangan tangan Bani Buwaih. Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih
ketangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Dengan
demikian berakhirlah kekeuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan
DinastiSeljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat
khalifah Abbasiyah.
Dinasti
sekjuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah
Turkisan. Pada abad kedua, ketiga dan keempat Hijrah mereka kearah barat menuju Transoxiana dan
Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu.
Mereka di persatukan oleh Seljuk Ibnu Tuqaq, karena itu mereka di sebut
orang-orang Seljuk. Posisi dan dan kedudukan kholifah lebih baik setelah
dinasti Seljuk berkuasa setelah beberapa lama dirampas orang-orang Syi’ah.
Pada
masa Maliksyiah wilayah
kekuasaan Dinasti Seljuk ini sangat luas, membentang dari kasgor, sebuah daerah
diujung daerah turki, sampai ke Yurisalem. Wilayah yang luas di bagi menjadi
lima bagian, yaitu.
1.
Seljuk besar yang menguasai Khurasan,
Ray, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwz.
2.
Seljuk Kirman
3.
Seljuk Irak dan Kurdistan.
4.
Seljuk Syiria.
5.
Seljuk Rum.
Disamping wilayah menjadi lima,
dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syeh atau Malik itu, penguasa Seljuk juga
mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa
Bani Buwaih.
C.
PERANG SALIB
1.
Periode Pertama
Tentara Salib dipimpin oleh
Godfrey, Bohemon, dan Raimonini memperoleh kemenengan besar. Pada tanggal 18
juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha
(eddesa).
2.
Periode Kedua
Imaduddin, penguasa
Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan Aleppo, Hamimah, dan Endessa pada
tahun1144M. Kejatuhan Endesso ini menyebapkan orang-orang Kristen mengobarkan
Perang Salib Kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut
positif oleh Raja Perancis Louis VII dan Raja Jerman Condrad II. Keduanya
memimpin Pasukan Salib untuk merebut wilayah
Kristen di Syiria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin
Zanki.Mereka tidsk berhasil memasuki damaskus. LouisVI dan Condrad II sendiri
melarikan diri pulang kenegrinya.
3.
Periode Ketiga
Tentara salib pada
periode ini dipimpin oleh raja jaerman,Frederick II.Kali ini mereka berusaha
merebut Mesir dahulu sebelum ke palestina, dengan harapan dapat bantuan dara
orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahunn 1219M, mereka berhasil menduduki Dimayat.
Raja Mesir dari Dinasti ayyubiyah, waktu itu al-Malik Al-Kamil, membuat
perjanjian dengan Frederick. Isinya
antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimayat, sementara al-Malik Al-Kamil
melepaskan palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan
Frederick tidak mengirimkan bantuan kepada Kristen di Syiria.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat merebut kembali oleh kaum
muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Saleh penguasa mesir
selanjutnya.
Walaupun umat islam
berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian
yang mereka derita sangat banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di
wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat islam
menjadi lemah.
D. SEBAB-SEBAB
KEMUNDURAN PEMERINTAHAN BANI ABBAS
Sebagaimana terlihat
dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran di mulai sejak periode
kedua. Namun demikian faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak dating secara
tiba-tiba. Beni-benih sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena
khalifah pada masa ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang.
Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para
menteri cenderung sebagai pegawai kecil, tapi jika khalifah lemah, mereka akan
berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Di samping kelemahan
khalifah, banyak fakto lain yang menybabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur,
masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa
diantaranya adalah:
1. Persaingan
Antar Bangsa
Khilafah
Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbasyang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan di latar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada
masa bani umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas.
Selain
itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syiria, Irak, Persia,
Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa semit kecuali Islam. Akibatnya
muncul fanatisme kearaban, dan fanatisme bangsa bangsa yang lain yang
melahirkan gerakan syu’ubiyah.
Fanatisme
kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Para khalifah
menjalankan system perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki
dijadikan pegawai dan tentara, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan
ini telah mempertinggi bangsa Persia dan turki. Karena jumlah dan kekuatan
mereka yang besar, mereka merasa bahwa Negara adalah milik mereka, mereka
mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan Khalifah.
Kecenderungan
masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal
khlifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi karena khalifah adalah orang-orang yang
kuat yang mampu menjaga keseimbangan, stabilitas politik terjaga.
2. Kemerosotan
Ekonomi
Khilafah
Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran dibidang politik. Setelah khilafah memasuki kemunduran, pendapatan
Negara menurun serta pengeluaran Negara meningkat lebih besar. Menurunnya
pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan,
banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingankan
pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak
membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak disebabkan oleh kehidupan
kholifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran semakin beragam dan para
pejabat melekukan korupsi.
Kondisi
politik yang tidak stabil menybabkan perkonomian Negara mora-marit. Sebaliknya
kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politi dinasti Abbasiyah.Kedua
factor ini saling berkaitan dan tak teroisahkan.
3. Konflik
keagamaan
Fanatisme keagamaan
sangat berkaitan eratdengan persoalan keagamaan. Karena cita-cita orang Persia
tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagaian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya
geerakan yang dikenal dengan gerakan zindiq ini merasa menggoda keimanan para
kholifah. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sedehana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah dikedua belah pihak seperti Gerakan Al-Afsyin dan Qaramithah.
Konflik yang di latar
belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau
ahlussunah dengan syiah saja, tetapi juga pada aliran islam.
4. Ancaman
dari luar
Apa
yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu ada pula Faktor-faktor
eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasyiah lemah dan akhirnya hancur, pertama
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan
banyak korban, kedua serangan tentara mongol kekuasaan wilayah islam. Perang
salib juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wiayah
kekuasaan islam.
Perang
salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol terhadap orang islam.
Karena di pengaruhi oleh orang-orang budha dan Kristen Nestorian.
DAFRAR
PUSTAKA
Badri, yatim.Sejarah
Peradapan Islam.Jakarta:PT Raja Grfindo Persada, 2003, xiv, 338,hal 21.
0 komentar:
Posting Komentar